Sabtu, 31 Oktober 2009

Hakikat Sumpah Pemuda


28 Oktober 1928 merupakan momen bersejarah yang takkan pernah terhapus dari lembaran perjalanan bangsa Indonesia. Sumpah pemuda yang digelar kala itu pantas dijadikan sebagai semangat kehidupan masa kini. Ungkapan kata tidak akan pernah representatif untuk melantunkan rasa terima kasih kepada para pahlawan terdahulu yang dengan berani menyatakan satu kesatuan sebagai manifestasi keutuhan bangsa. Patriotisme mereka diletakkan sebagai dasar kepribadian bangsa dengan semangat persatuan dan kesatuan di bawah aneka ragam suku dan budaya bangsa. Namun, statement mereka dengan tindakan riilnya hanya bisa dipotret sebagai bagian sejarah bangsa yang sudah berakhir ketika kita menyaksikan realitas kehidupan Indonesia saat ini. Padahal, pengorbanan mereka diproyeksikan untuk kemakmuran jangka panjang Indonesia. Akan tetapi, naïf bagi bangsa yang tercinta ini, pengorbanan tinggallah kenangan karena warga Indonesia seolah telah terlelap dalam tidur panjangnya



Fenomena bangsa menampakkan wajah buruknya. Maraknya korupsi dan kolusi hingga kini menjadi saksi kongkret bahwa Indonesia sudah tidak terikat dalam satu rasa. Pasalnya, banyak warga yang merasa dirugikan dengan tindakan kurang bermoral tersebut. kekecewaan pun lahir sebagai konsekuensi. Rasa tidak puas terhadap kinerja pemerintah mendorong mereka untuk bergejolak sehingga terjadilah disintegrasi bangsa. Tidak heran ketika birokrat selalu tidak mendapatkan tempat yang pas di hati publik. Mereka merasa dianiaya dan ditindas sehingga kepercayaan kepada aparatur negara sulit untuk bisa dibangun kembali. Sekian lama virus “kejahatan” ini mengakar di negeri tercinta. Hingga kini, performance bangsa tidak lain kecuali mempresentasikan pegalaman-pengalaman pahit yang menyengsarakan rakyat kecil. Kalau hal ini tetap berlanjut tanpa batas waktu yang jelas, tidak berlebihan kiranya dinyatakan bahwa rakyat Indonesia selalu terjajah
secara sistemi



Urgensi mengembalikan bangsa pada spirit sumpah pemuda, bukanlah sebatas wacana semata. Keringnya kesejahteraan bangsa di bawah rezim orde baru hingga reformasi sekali pun, tampak sebagai masalah fenomenal rakyat jelata. Hal ini disebabkan—utamanya—oleh kesadaran para pemimpin masyarakat Indonesia untuk tetap konsisten mengusung persatuan dan kesatuan dengan rasa kebersamaan. Kalau hal ini menjadi prioritas sikap dan kebijakan, kepentingan bersama sebagaimana semangat sumpah pemuda, bisa menegasikan kecurangan dan kerakusan pihak tertentu dalam melangsungkan kehidupan bernegara; keinginan untuk “menunggangi” orang akan mudah terantisipasi. Satu hal yang perlu digarisbawahi terkait persoalan ini bahwa bangsa Indonesia telah tercerabut dari akar kepribadiannya sebagai bangsa, tanah air dan bahasa yang menyatu. Kini mereka terjebak dalam gaya kehidupan pragmatis dengan menyisihkan ke—Indonesia—an yang telah diperjuangkan oleh generasi tedahulu.

Untuk mengupayakan bangsa ini kembali pada jati dirinya yang bersatu, perlu adanya langkah-langkah signifikan. Sikap ini harus ditempuh oleh semua elemen masyarakat Indonesia, mulai dari pimpinan tertinggi hingga bagian terkecil dari bangsa. Yang demikian dilakukan untuk menepis kecurigaan antarlapisan warga masyarakat sehingga sikap saling percaya akan terbangun kembali. Dengan modal kepercayaan antarkelompok inilah Indonesia bisa terkondisikan lagi. Tentunya dengan komitmen bahwa kepercayaan semacam ini tidak dinodai lagi oleh keculasan dan penghianatan amanat rakyat. Para birokrat berusaha keras untuk mengayomi masyarakat dengan agenda-agenda kerakyatan. Dengan kinerja yang baik, kepuasan bangsa terhdapat para pemimpinnya akan menjelma sebagai pengikat persatuan dan kesatuan. Pada titik inilah, para pemimpin bisa mengendalikan semua elemen masyarakat sehingga stabilitas nasional bisa tercapai dengan optimal. Ini mendasari terbentuknya bangsa yang adil, makmur dan sentosa sebagai cita-cita yang diidealkan oleh generasi pejuang pra-kemerdekaan



aNdHi

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright @ 2013 aNdHi Rao-Rao.