Alam nan damai mendayu dayu menyapa setiap langkah kehidupan yang ku arungi, di besarkan di desa di pinggir lereng merapi membuat hidupku sangat tergantung dengan alam. Alam adalah kawan keseharian di kala sedih dan susuah. Teman di setiap angan dan impian.
Tapi kenapa belakangan ini hutan tak lagi bersahabat dengan kita, bukan karena alam yang tak lagi mau bercumbu dengan kita melainkan kita yang tak setia kepadanya dan selalu mendahulukan ego kita. Si Hutan nan cantik jelita dengan keserakahan dan ke tamakan kita rengut ke perawananya. Penebangan di mana-mana, di sanan sini Hutan di tebangi pelak pemandangan nan menghijau berganti dengan terjalnya cadas di lereng pegunungan. sehingga apabila terjadi hujan maka, Longsor dan sekutunya menyerbu umat manusia yang mengarungi kehidupannya.
sebenarnya bukan si cantik hutan yang salah tapi kegagahan manusia yang membuat dia tak berdaya dan cantik walau dia telah di hiasi oleh pernak pernik dan baju seperti ratu.
Di akhir tahun aku bercumbu dengan hutan singgalang yang tak lagi perawan. penebangan mengantarkan setiap langkah ku menuju telaga di puncak singgalang. Dingin nan menusuk mengusik pikiranku. Mengapa alam yang indah ini tidak bisa kita jaga dan lestarikan. Sampah berserakan di sepanjang jalan menuju puncak Gunung. goresan-goresan kecil di pepohonan yang tak berdosa membuat pohon tak lagi rindang. sungguh ironis. di puncak ada segerombolan anak muda yang asyik merayakan pergantian tahuan. sampai-sampai hutan di telaga terbakar. akibat ulah sekumpulan pendaki yang tak bermoral dan seenaknya. bukan dinginya alam yang jadi kambing hitam dalam masalah ini, tapi sikap yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompok lah yang membuat semua itu terjadi.
Alam yang indah dan damai ini sebaiknya kita jaga untuk generasi kedepan
di awal tahun ini marilah kita bersama-sama merobah pemikiran-pemikiran kita semoga di tahun yang akan datang kita bisa menikmati alam yang telah di warisakan oleh Nenek moyang kita.
0 komentar:
Posting Komentar